Friday, October 28, 2016

Sejarah Psikologi Perkembangan

Sejarah Psikologi Perkembangan



BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar belakang

Ketika ingin mengetahui dan mengenal sesuatu pastilah kita harus mengetahui sesuatu di belakang layar sesuatu tersebut. Maka jika kita ingin mengetahui dan mengenal psikologi perkembangan dengan baik, maka kita harus mengetahui latar belakang historis dari cabang ilmu ini.

Berbekal pertanyaan ‘seperti apakah historis atau
sejarah dibalik psikologi perkembangan?’ saya mencoba menyajikan karya tulis ini. semoga tulisan ini bermanfaat.

B.      Tujuan

Tujuan saya menulis sejarah psikologi perkembangan ini adalah untuk mengetahui seperti apa sejarah dibalik cabang ilmu ini, sehingga dapat lebih mengenal dan mencintai cabang ilmu ini,serta dapat menjadi motivasi untuk menggali segala sesuatu yang berkaitan dengannya.







BAB II

SEJARAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


Pada mulanya, psikologi perkembangan mengkhususkan diri pada masalah usia dan tahapan-tahapan. Para penyelidik terdorong untuk mempelajari usia yang khas dan tertentu dimana terjadi berbagai tahapan perkembangan. Begitu kata Siegel.

Sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, psikologi perkembangan telah melewati sejarah yang cukup panjang.  Sejarah psikologi perkembangan ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu : (1). Minat awal mempelajari psikologi perkembangan anak, (2). Dasar-dasar psikologi perkembangan secara ilmiah, dan (3). Munculnya psikologi perkembangan secara modern.


1. Minat awal mempelajari perkembangan anak

Jauh sebelum dilakukan studi ilmiah terhadap perkembangan anak, perhatian dan penyelidikan tentang anak- anak sedikit sekali dilakukan. Bahkan buku-buku khusus tentang perkembangan jiwa anak sedikit sekali. Serta pemahaman mengenai anak-anak masih sangat dipengaruhi keyakinan tradisional yang bersumber dari filosof dan teolog tentang anak , serta lingkungan dan keturunan.

Plato (427-346 SM) merupakan salah seorang filosof yang banyak mempengaruhi  pandangan masyarakat tentang kehidupan anak. Menurut Plato, perbedaan-perbedaan individual mempunyai dasar genetis. Potensi individu ditentukan oleh factor keturunan. Artinya, sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan.

Pada akhir abad ke-17, seorang filosof Inggris keamanan, John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan factor yang paling menentukan dan perkembangan anak. Ia tidak mengakui adanya kemampuan bawaan (innate knowledge) . sebaliknya menurut beliau isi kejiwaan anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas yang masih kosong, dimana bentuk dan corak kertas tersebut nantinya sangat ditentukan oleh bagaimana kertas itu ditulisi. Dikenal dengan istilah “tabula rasa” (Blank slate) .

Pandangan-panadangan John Locke ini kemudian ditentang oleh Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang filosof Perancis abad ke 18, yang berpandangan bahwa anak berbeda secara kualitatif dengan orang dewasa. Ia sama sekali menolak pandangan bahwa bayi adalah makhluk pasif, yang perkembangannya ditentukan oleh pengalaman.

Dalam bukunya emile ou I’education yang diterbitkan tahun 1762, Rousseau menolak pandangan bahwa anak memilki sifat bawaan yang buruk (innately bad). Sebaliknya Rousseu menegaskan bahwa : All things are good as they come out of the hands of their creator, but everything degenerates in the hands of man.” ( segala-galanya adalah baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Pencipta, segala-galanya memburuk dalam dalam tangan manusia). Dan dikenal dengan istilah “noble savage”, dan digolongkan sebagai pandangan yang beraliran “Nativisme”. Sebaliknya pandangan Locke merupakan aliran “Empirisme”. kedua pertentangan ini kemudian menjadi titik awal timbulnya “teori belajar” (learning theory) dikemudian hari.


2. Pembentukan psikologi perkembangan secara ilmiah

Gambaran tentang masa anak-anak yang diungkapkan oleh Plato, Locke, dan Rousseau pada dasarnya bersifat spekulatif karna tidak mengajukan bukti-bukti yang nyata dari hasil observasi pada anak-anak. Tetapi penelitian yang lebih terarah terhadap kehidupan dan perkembangan psikis anak baru dimulai pada abad ke-18, walaupun jika ditinjau dari segi ilmiah dan sistematika dapat dikatakan belum memuaskan.

Dalam periode ini sumber penting untuk mempelajari anak adalah catatan-catatan harian mengenai perkembangan dan tingkah laku anak. Tetapi catatan-catatan itu baru ditulis terhadap anak-anak sendiri. Misalnya seorang ahli pedidikan dari Swiss, Johan Heinrich Pestalozzi (1746-1827) pada tahun 1774 menerbitkan catatan-catatan harian yang ditulis terhadap anaknya sendiri yang berusia 3,5 tahun. Dan dia mendukung pendapat Rousseau bahwa seorang anak yang dilahirkan pada dasarnya mempunyai segi-segi yang baik, dan perkembangan selanjutnya banyak dipengaruhi oleh aktivitas anak itu sendiri.

Beberapa waktu kemudian, Dietrich Tiedeman, seorang tabib berkebangsaan Jerman, juga melakukan hal yang sama. Pada tahun 1787 Tiedeman memperkenalkan hasil penelitian berdasarkan catatan harian terhadap pekembangan anaknya sendiri yang berusia 2,5 tahun yang meliputi perkembangan sensoris, motoris, bahasa dan intelek anak.

Perhatian dan penyelidikan yang sesungguhnya tentang perkembangan anak melalui observasi langsung baru dimulai pada abad ke-19 dan tokoh yang cukup berpengaruh adalah Charles Darwin dan Wilhelm Wundt.

Pengaruh Darwin (1809-1882) sangat besar meskipun jika disimpulkan catatan-catatn harian Darwin tidak bisa dikatakan mempunyai nilai-nilai ilmiah yang kuat. Tapi ini merupakan titik awal studi yang lebih sistematis. Pandangan biologis Darwinyang menganggap perekembangan sebagai pembukaan kemampuan dan ciri-ciri yang telah terprogram secara genetic, kemudian menjadi landasan bagi sejumlah teoritis psikologi perkembangan. Bahkan riset terakhir mengenai perkembangan biologi-saraf, juga meneruskan tradisi Darwin.

Sementara pengaruh Wilhelm Wundt (1832-1920) beliau merupakan orang yang mempelopori psikologi menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Yang ditandai dengan berdirinya laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig tahun 1879. Dan dia beranggapan bahwa experiment memiliki arti yang penting bagi psikologi.dan dengan teliti ia membuat rumusan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah eksperimen.




3. Munculnya studi psikologi perkembangan modern

Studi sistematis tentang psikologi perkembangan mengalami perkembangan yang signifikan pada abad ke-20. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada zaman ini lebih bersifat deskriptif dan lebih dititikberatkan pada ciri-ciri khas yang terdapat secara umum, golongan-golongan umur serta masa-masa perkembangan  tertentu.

Perubahan dalam studi psikologi perkembangan terjadi setelah J.B. Watsonmemperkenalkan teori Behaviorisme. Dalam teorinya Watson menggunakan prinsip-prinsip calssicalconditioning”  untuk memperjelas perkembangan suatu tingkah laku. Menurutnya prinsip-prinsip conditioningdan prinsip-prinsip belajar dapat diterapkan pada semua perkembangan psikologis. Karya Watson ini memancing perkembangan teori-teori psikologi yang bertentangan.

Dalam kurun waktu yang sama pengaruh Sigmund Freud dalam psikologi perkembangan juga mulai terlihat. Dalam kunjungannya ke Amerika atas undangan G.Stanley Hall pada tahun 1909 dalam ceramahnya menyampaikan penjelasan tentang teori psikoanalisisnya, yang menekankan pengalaman masa bayi dan anak-anak mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap perkembangan kepribadian dan tingkah laku orang dewasa. Semula teori ini banyak ditentang oleh psikolog perkembangan. Baru sekitar tahun 1930-an dilakukan usaha yang sungguh-sungguh dalam bentuk penelitian tentang aspek perkembangan dari teorinya.

Namun pengaruh dari Watson, Freud dan tokoh yang lain dalam disiplin ilmu ini besar, namun sampai tahun 1930-an penelitian-penelitian psikologi perkembangan masih bersifat deskriptif. Dan ini yang menjadi kurang nya publikasi mengenai psikologi perkembangan ini, hingga sekitar tahun 1939-1949. Namun ternyata kemunduran ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 1950-an psikologi perkembangan memasuki periode baru dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Dan ini berlangsung hingga saat ini.

Setidaknya ada tiga factor yang mendorong diaktifkannya kembali bidang studi psikologi perkembangan ini.

Pertama , terjadinya perubahan orientasi dalam riset-riset psikologi perekembangan hingga menjadi bersifat eksperimental. Teknik yang digunakan terbukti sangat efektif, yakni pengukuran dan pengotrolan dalam eksperimen. Perubahan juga terjadi dalam focus penelitian dalam masalah yang lebih spesifik, seperti proses-proses persepsi, problem solving, attention dan sebagainya. Dan kadang-kadang mempunyai cara pendekatan yang berbeda dengan alur berfikir psikologi umum.

Kedua, ditemukannya kembali hasil-hasil karya Jean Piaget, seorang psikolog dari Swiss yang secara terus –menerus   aktif melakukan penelitian mengenai perkembangan kognisi pada anak-anak dari bayi  hingga remaja. Hingga ia mampu menyusun teori yang komprehensif tentang perkembangan kognisi. Ia menentang pendapat kaum behavioris yang menganggap perkembangan individu sepenuhnya dipengaruhi oleh factor lingkungan. Dan menentang pendapat ekstrem lainnya yang berpendapat bahwa perkembangan dipengaruhi sepenuhnya oleh pengaruh genetic atau keturunan.  Sebaliknya piaget berpendapat, perkembangan terjadi sebagai hasil interaksi yang antara individu di satu pihak dan tuntutan lingkungan di pihak lain. Oleh sebab itu  individu selalu beradaptasi untuk mempertahankan keseimbangan antara dirinya dan lingkungan. Karena karyanya diterbitkan dalam bahasa Perancis yang sulit dan rumit, maka baru pada tahun 1950-an bisa diterjemehkan dalam bahasa inggris. Padahal dia sudah menulis nya sejak tahun 1920-an. Sejak inilah pengaruh buku-bukunya mendominasi psikologi perkembangan.

Ketiga, adanya minat baru terhadap asal mula tingkah laku (origin of behavior) yang ditandai dengan meningkatnya riset terhadap terhadap bayi-bayi. Dan peningkatan ini didorong pula dengan alat-alat yang semakin modern pula.

Hingga permulaan tahun 1950-an studi mengenai tingkah laku serta kondisi-kondisi psikis dan fungsionalitas kepribadian individu lebih terfokus pada anak, sehingga lebih dikenal dengan psikologi anak. Ciri-ciri khas psikologi anak pada waktu itu adalah:

<

Go to link download